1. Taman nasional ujung kulon .
taman nasional ini terletak di bagian paling barat ujung pulau jawa.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai
dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun
1820.Taman ini mempunyai luas sekitar 1,206 km² (443 km² diantaranya
adalah laut), yang dimulai dari tanjung Ujung Kulon sampai dengan
Samudera Hindia. Taman Nasional ini merupakan Taman Nasional pertama
yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai salah
satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1992, karena
wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Taman Nasional
Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran
rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat
yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di
taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan
ekosistem daratan. Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35
jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240
jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu
karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng
(Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili
(Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa
(Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu
(Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima
raksasa (Tridacna gigas). Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi
dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau (Intsia
bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia
speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia
serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.
Cara pencapaian lokasi:
Jakarta – Serang (1 1/2 jam via jalan Tol), Serang – Pandeglang – Labuan
(1 1/2 jam) atau Jakarta – Cilegon (2 jam via jalan Tol), Cilegon –
Labuan (1 jam) atau Bogor – Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan (4 jam).
Labuan – Sumur (2 jam), Sumur – Pulau Peucang (1 jam dengan kapal motor
nelayan) atau Labuan – Pulau Peucang (4 jam dengan kapal motor
nelayan).
2. Taman Nasional Kepulauan Seribu
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan
pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km
sebelah Utara Jakarta.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 hektar, merupakan
kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi, pada geografis
antara 5°24′-5°45′ LS dan 106°25′-106°40′ BT, termasuk kawasan darat
Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau
Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus
Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan
laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994
ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe
fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin
hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78
pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian
penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha.
tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu didominasi
oleh tumbuhan pantai, seperti nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru
(Hibicus tiliaceus), pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina
equisetifolia), cangkudu (Morinda citrifolia), butun (Barringtonia
asiatica), bogem (Bruguiera sp.), sukun (Artocarpus altilis), ketapang
(Terminalia cattapa), dan kecundang (Cerbena adollam).
Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang
keras/lunak sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan, 2 jenis kima, 3 kelompok
ganggang seperti Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput
laut seperti Halodule sp., Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17
jenis burung pantai.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan tempat peneluran penyu sisik
(Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu sisik
dan penyu hijau yang merupakan satwa langka dan jarang ditemukan di
perairan lain terutama pantai Utara Pulau Jawa, ditangkarkan di Pulau
Semak Daun.
Cara pencapaian lokasi: Dari Marina Jaya Ancol setiap hari ada kapal
khusus melayani pengunjung yang ingin melihat obyek-obyek wisata bahari,
dengan waktu tempuh antara 1-2 jam. Atau dari Muara Angke ke Pulau
Pramuka menggunakan kapal fery sekitar 2,5 jam.
3. Taman Nasional Halimun Salak
Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGHS) adalah salah satu taman
nasional yang terletak di Jawa bagian barat. Kawasan konservasi dengan
luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena melindungi hutan hujan
dataran rendah yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah tangkapan
air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya. Melingkup wilayah yang
bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Halimun
(1.929 m) dan Gunung Salak (2.211 m).
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona
vegetasi menurut Simbolon, H., M. Yoneda, & J. Sugardjito. 1998 :
Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian 900 – 1.150 m dpl.
Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.050 – 1.400 m dpl; dan
Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.
Beberapa tumbuhan yang mendominasi hutan di Taman Nasional Gunung
Halimun antara lain rasamala (Altingia excelsa), jamuju (Dacrycarpus
imbricatus), dan puspa (Schima wallichii). Sekitar 75 jenis anggrek
terdapat di taman nasional ini dan beberapa jenis diantaranya merupakan
jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, B. angustifolium,
Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum.
Taman Nasional Gunung Halimun merupakan habitat dari beberapa satwa
mamalia seperti owa (Hylobates moloch), kancil (Tragulus javanicus
javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung budeng
(Trachypithecus auratus auratus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak),
macan tutul (Panthera pardus melas), dan anjing hutan (Cuon alpinus
javanicus). Terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis
diantaranya merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan jenis
endemik di Jawa termasuk burung elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain
itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica
matahari (Crocias albonotatus) dan burung poksai kuda (Garrulax
rufifrons). Burung elang Jawa yang identik dengan lambang negara
Indonesia (burung garuda), cukup banyak dijumpai di Taman Nasional
Gunung Halimun.
Cara pencapaian lokasi: Bogor/Sukabumi-Parungkuda-Kabandungan, 50 km (±
1,5 jam), Bogor-Cisangku, 50 km (± 2,5 jam),
Rangkasbitung-Bayah-Ciparay, 186 km (± 6 jam).
4. Taman nasional Gunung Gede dan Pangrango
Dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh
hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari
Jakarta. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari
lima taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia pada
tahun 1980. Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman
Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagai salah satu laboratorium alam yang
menarik minat para peneliti sejak lama.
Tercatat pada tahun 1819, C.G.C. Reinwardt sebagai orang yang pertama
yang mendaki Gunung Gede, kemudian disusul oleh F.W. Junghuhn
(1839-1861), J.E. Teysmann (1839), A.R. Wallace (1861), S.H. Koorders
(1890), M. Treub (1891), W.M. van Leeuen (1911); dan C.G.G.J. van
Steenis (1920-1952) telah membuat koleksi tumbuhan sebagai dasar
penyusunan buku “THE MOUNTAIN FLORA OF JAVA” yang diterbitkan tahun
1972.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem
yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau,
rawa, dan savana.
TNGG memeliki habitat Ppohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju
(Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima walliichii). Sedangkan
ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput
Isachne pangerangensis, bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet
(Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium).
Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung
Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata
comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa
langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak Jawa
(Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan
musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis
burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau
Jawa. Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu elang Jawa
(Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai
Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman
Negara di Malaysia pada tahun 1995.
Cara pencapaian lokasi: Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5
jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan
waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Selabintana dengan waktu 2 jam (52 km).
5. Taman Nasional Karimun Jawa
Taman Nasional Karimunjawa merupakan Kawasan Pelestarian Alam dengan
tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi serta mewakili ekosistem
pantai utara jawa Tengah. Ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999
seluas 111.625 ha yang meliputi 110.117,30 ha kawasan perairan dan
1.507,70 ha kawasan darat. Secara geografis terletak antara 5o40’39’ –
5o55’00’LS dan 110o05’57”-110o31’15’ BT. Secara administratif masuk
wilayah Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Letak
Taman Nasional Karimunjawa berjarak 45 mil laut dari kota Jepara atau 60
mil laut dari Semarang.Taman Nasional Karimunjawa.
Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu
dewodaru (Crystocalyx macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran
rendah. Kelompok algae yang dapat dijumpai terdiri dari tiga kelompok
yaitu algae hijau, algae coklat, dan algae merah. Hutan pantai dan hutan
mangrove dicirikan dengan adanya ketapang (Terminalia cattapa), cemara
laut (Casuarina equisetifolia), jati pasir (Scaerota frustescens),
setigi (Strebus asper), waru laut (Hibiscus tiliaceus), dan bakau hitam
(Rhizophora mucronata).
Jenis terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa merupakan terumbu
karang pantai/tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier
reef) dan beberapa taka (patch reef). Kekayaan jenisnya mencapai 51
genus, lebih dari 90 jenis karang keras dan 242 jenis ikan hias. Dua
jenis biota yang dilindungi yaitu akar bahar/karang hitam (Antiphates
spp.) dan karang merah (Tubipora musica).
Biota laut lainnya yang dilindungi seperti kepala kambing (Cassis
cornuta), triton terompet (Charonia tritonis), nautilus berongga
(Nautilus pompillius), batu laga (Turbo marmoratus), dan 6 jenis kima.
Keanekaragaman satwa darat di taman nasional ini tidak terlalu tinggi
dibandingkan dengan satwa perairan. Satwa darat yang umum dijumpai
antara lain rusa (Cervus timorensis subspec), kera ekor panjang (Macaca
fascicularis karimondjawae); 40 jenis burung seperti pergam hijau
(Ducula aenea), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster),
trocokan/merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), betet (Psittacula
alexandri), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia
mydas), dan ular edhor. Burung elang laut perut putih merupakan satwa
yang terancam punah di dunia.
Cara pencapaian lokasi: Semarang-Jepara menggunakan bis selama 1,5 jam,
Jepara (Pelabuhan Kartini) menuju Karimunjawa dengan naik Fery/kapal
motor dengan lama perjalanan ± 6 jam, dan hanya ada satu kali dalam
seminggu (Senin). Dari Semarang (Bandara Achmad Yani) menuju Pulau
Kemujan (Bandar Dewodaru) dengan pesawat udara, sekali dalam seminggu
(untuk sementara jalur penerbangan tersebut tidak diaktifkan).
6.Taman nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa
Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Probolinggo. Taman ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas
wilayahnya sekitar 50.276,3 ha. Letak geografis: 7°51’ – 8°11’ LS,
112°47’ – 113°10’ BT dan Ditunjuk: Menteri Kehutanan, SK No.
278/Kpts-VI/97.
Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung
(Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek
dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).
Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia
di taman nasional ini . Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di
taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa
(Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang
(Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul
(Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung
seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros
rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido),
srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus),
dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Cara pencapaian lokasi: Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung
Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk
Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km, dan
Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari
Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km.
Dari Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang
dilanjutkan berjalan kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam.
7. Taman nasional meru betiri
Taman Nasional ini memiliki Letak geografis 8°21’ – 8°34’ LS, 113°37’ –
113°58’ BT. Taman Nasional Meru Betiri merupakan perwakilan ekosistem
mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah di Jawa.
Taman nasional ini merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga
raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya
seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus
tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas),
bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo
(Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.
Selain itu, Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi satwa dilindungi
yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa
tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag
(Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis
javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah
(Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys
coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia
mydas), dan penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea).
Taman Nasional Meru Betiri terkenal sebagai habitat terakhir harimau
loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka dan dilindungi.
Sampai saat ini, satwa tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi dan
diperkirakan telah punah. Punahnya harimau loreng Jawa berarti punahnya
tiga jenis harimau dari delapan jenis yang ada di dunia (harimau Kaspia
di Iran, harimau Bali dan harimau Jawa di Indonesia).
8. Taman Nasional Baluran
Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan Baluran
sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September
1937 Stbl. 1937 No. 544.Selanjutnya ditetapkan kembali oleh Menteri
Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962
tanggal 11 Mei 1962.
Pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian
se-Dunia, Suaka Margasatwa Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan
sebagai Taman Nasional.
Kawasan TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Situbondo, Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara
Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai
Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa
Sumberanyar.
Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha.
Tumbuhan yang ada di taman nasional ini sebanyak 444 jenis, diantaranya
terdapat tumbuhan asli yang khas dan menarik yaitu widoro bukol
(Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), dan pilang (Acacia
leucophloea). Widoro bukol, mimba, dan pilang merupakan tumbuhan yang
mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan
hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering.
Tumbuhan yang lain seperti asam (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea
hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api
(Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum),
dan kepuh (Sterculia foetida).
Terdapat 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus),
kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang
(Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul
(Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan
kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung diantaranya termasuk yang
langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia
(Eudynamys scolopacea), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan merah
(Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros
rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Cara pencapaian lokasi: Banyuwangi-Batangan dengan jarak 35 km, yang
dilanjutkan ke Bekol dengan waktu 45 menit (12 km) atau
Situbondo-Batangan dengan jarak 60 km menggunakan mobil.
9. Taman Nasional Alas Purwo
Secara geografis Kawasan Taman Nasional Alas Purwo terletak ujung Timur
Pulau Jawa wilayah pantai Selatan antara 8? 26′ 45? – 8? 47′ 00? LS dan
114? 20? 16? – 114? 36? 00? BT. Ketinggian tempat bervariasi dari 0 ?
322 m dpl. Menurut administrasi wilayah pemerintahan termasuk dalam
Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
Kantor UPT Taman Nasional Alas Purwo berkedudukan di Banyuwangi,
Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional Alas Purwo berbatasan dengan Teluk
Grajagan, kawasan hutan produksi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan
Hutan Banyuwangi Selatan, Desa Grajagan, Desa Purwoagung, Desa
Sumberasri, di sebelah Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali
dan Samudera Indonesia, sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Pangpang,
Selat Bali, Desa Sumberberas, Desa Kedungrejo, Desa Wringinputih
Kecamatan Muncar serta Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo dan sebelah
Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik
(Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan
lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum
inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica),
dan 13 jenis bambu.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar
seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos
javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo
muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa),
macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus
bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu
lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea),
penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas)
biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan
Januari s/d September.
Pada periode bulan Oktober-Desember di Segoro Anakan dapat dilihat
sekitar 16 jenis burung migran dari Australia diantaranya cekakak suci
(Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops
philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan trinil semak
(Tringa glareola).
Cara pencapaian lokasi :
Banyuwangi-Pasaranyar 65 km, dan Pasaranyar-Trianggulasi 12 km
menggunakan mobil. Trianggulasi-Plengkung, menyelusuri pantai sepanjang
10 km. Lokasi lainnya seperti Danau Segara Anak, Sadengan, Rowobendo
dapat ditempuh berjalan kaki dari Trianggulasi.
10. Taman Nasional Gunung Merapi
Taman Nasional Gunung merapi di tetapkan melalui Penunjukan dengan SK
Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 . Luas wilayah yang dimilik
taman nasional ini adalah 6.410 ha (1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha
di Jateng)
Ekosistem dari kombinasi biosystem, geosystem dan sociosystem yang unik, menarik dan dinamis
Biosystem, hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung
berapi, dengan jenis endemik Castanopsis argentia, Vanda tricolor dan
merupakan habitat elang jawa dan macan tutul. Geosystem, komplek gunung
berapi aktif dari tipe khas strato/andesit dari sesar transversal dan
longitudinal pulau jawa. Sociosystem, yang merupakan interaksi manusia
dengan lingkungan alam berikut pandangan hidup dan budaya bernuansa
vulkan. Mempunyai fungsi laboratorium alam untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, penelitian, pendidikan, peningkatan kesadaran konservasi
alam, dan mendukung kepentingan budidaya. Obyek wisata alam
(ecotourism) dan socioculture yang menjadi obyek pariwisata yang dapat
memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan
daerah . Peluang pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
11. Taman Nasional Gunung Merbabu
Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terletak pada
koordinat 110026’22″ BT dan 7027’13″ LS. Secara administrati, kawasan
Taman Nasional Gunung Merbabu terletak di 3 kabupaten, yaitu : Kabupaten
Magelang, seluas 2.160 ha, Kabupaten Semarang, seluas 1.150 ha,
Kabupaten Boyolali, seluas 2.415 ha Sebelum ditunjuk Kapala Balai Taman
Nasional Gunung Merbabu definitif, untuk sementara pengelola Taman
Nasional Gunung Merbabu adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Jawa Tengah sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor :SK.140/IV/Set-3/2004
tanggal 30 Desember 2005 tentang Penunjukan Pengelola Taman Nasional
kayan Mentarang, Lorentz, Manupeu-Tanah Daru, Laiwangi – Wanggameti,
Danau Sentarum, Bukit Duabelas, Sembilang, Batang Gadis, Gunung Merapi,
Gunung Merbabu, Tesso Nilo, Aketajawe – Lolobata, Bantimurung –
Bulusarung, Kepulauan Togean, Sebangau dan Gunung Ceremai. Kemudian pada
tahun 2007 telah dibentuk satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Taman
Nasional Gunung Merbabu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional.
Dengan dukungan kondisi geografis dan iklim (temperatur, kelembaban dan
curah hujan), potensi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung
Merbabu cukup tinggi yang dicirikan dari variasi vegetasi mulai dari
semak, perdu dan jenis-jenis pohon. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan
Taman Nasional Gunung Merbabu terbentuk menjadi 3 tipe
ekosistem/habitat, yakni ekosistem pegunungan rendah (1000-1500 m dpl);
pegunungan atas (1500-2400 m dpl) dan pegunungan sub alpins. Jenis-jenis
flora utama di dalam kawasan antara lain Eidelweiss (Anaphalis
javanica), Pinus (Pinus merkusii), Akasia (Acacia decurens), Puspa
(Schima noronhae), Bintami (Poducarpus, sp) Kina (Chimchus spec) dll.
Sedangkan jenis-jenis satwa utama antara lain, Macan Tutul (Phantera
pardus), Kijang (Muntiacus Muntjak) Kera Ekor Panjang (Macaca
fascicularis), Musang (Viveri tangalunga) serta berbagai jenis burung.
Jenis burung yang ditemui di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu
berdasarkan Inventarisasi Aves bulan Juli 2007 sebanyak 53 spesies, yang
meliputi :
Raptor (Burung pemangsa) yang dilindungi yaitu Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan Alap-alap sapi (Falco moluccensis),
Burung Endemik Jawa yaitu : Kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura),
Cekakak jawa (Halcyon cyannoventris), Takur bututut (Megalaima corvina),
Tepus leher putih (Stachyris thoracica) dan Ciung air jawa (Macronous
flavicollis).
Jenis burung yang paling mudah ditemui yaitu Walet linchi (Collocalia
linchi) dan Kacamata gunung (Zosterops montanus), sedangkan yang paling
umum dan banyak ditemui yaitu Ceret gunung (Cettia vulcania), Anis
gunung (Turdus poliocephalus) dan Kacamata gunung (Zosterops montanus).
12. Taman Nasional Gunung ciremai
Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. : SK.424/Menhut-II/2004
seluas ± 15.500 (lima belas ribu lima ratus) hektar karena memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dan juga merupakan daerah resapan air
bagi kawasan hilir sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan
keberadaannya.
Secara geografis, TNGC terletak pada koordinat 1080 28’ 0” BT – 1080 21’
35” BT dan 60 50’ 25” LS – 60 58’ 26” LS. Berdasarkan wilayah
administrasi pemerintahan, kawasan TNGC termasuk ke dalam dua kabupaten
yaitu Kabupaten Kuningan (bagian timur) dan Kabupaten Majalengka (bagian
barat) dengan luas ± 15.518,23 Ha
Tipe ekosistem hutan yang berada di kawasan TNGC secara umum merupakan
tipe hutan dataran rendah (2- 1000 mdpl), hutan hujan pegunungan (1000 –
2400 mdpl), dan hutan pegunungan atas (> 2400 mdpl). Di dalam tipe
ekosistem tersebut terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi berupa
keanekaragaman flora, fauna, dan potensi wisata. Flora yang ditemukan di
kawasan tersebut berdasarkan hasil eksplorasi sebanyak 57 jenis,
diantaranya adalah Edelweis, Pasang, Jamuju, Harendong, Kiteja, Kipare,
Kicalungcung, Hamirung, Kijagong, Kiceuhay, Pelending, Cereme, Kiucing,
Kileho, Kinugrah, Cerem, Kibeusi, Kisieur, Walen, Nangsi, Kiampet,
Kemuning, Ipis Kulit, Kigawulan, Huru, Kalimarot, Kisalam, Totongoan,
Talingkup, Kendung, Pendung, Kiamis, Kitaji, Kipait, Ramo Giling,
Kihuut, Kisareni, Tangogo, Hamperu Badak, Hamerang, Beunying, Kawoyang,
Kareumbi, Masawa, Kikacapi, Kikacang, Baros, Songgom, Kijeruk, Gintung,
Kisireum, dan Kijengkol.
Jenis fauna yang ditemukan di kawasan TNGC cukup beragam antara lain
terdiri dari jenis burung, mamalia, dan reptil. Macan Tutul (Panthera
pardus), Kijang (Muntiacus munjak), Kera Ekor Panjang (Macaca
Fascicularis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Ekek Kiling (Cissa
thalassina), Sepah Madu (Perictorus miniatus), Lutung
Jawa(Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Ular Sanca
(Phyton molurus), Meong Congkok (Felis bengalensis), walik
(Ptilinopuscinctus), dan Anis (Zoothera citrina).
sumber
http://www.tnlkepulauanseribu.net
http://www.dephut.go.id
http://karimunjawanationalpark.org
http://merubetiri.com
http://balurannationalpark.web.id/
http://www.tnalaspurwo.org/
http://merbabunationalpark.org
Taman Nasional di Pulau Jawa
Written By aLeyvanard on Senin, 09 Juni 2014 | 01.56
Ditulis Oleh : aLeyvanard ~ARD'sidiTmi
Anda sedang membaca artikel berjudul Taman Nasional di Pulau Jawa yang ditulis oleh ARD'sidiTmi yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.
Blog, Updated at: 01.56
Yuk buat yang suka begadang, mainkan game online dari kami www(dot)updatebetting(dot)co
BalasHapusInfo bbm 7acd8560
AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
BalasHapusPoker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
BalasHapusayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877