Menurut pendapat saya pribadi, Banyuwangi itu punya potensi wisata yang sangat komplet. Kok bisa gitu? Ya dong, Bumi Gandrung alias Bumi Blambangan
alias Kabupaten Banyuwangi memiliki objek yang menarik mulai dari
tradisi, budaya, sejarah, perkebunan dan peternakan, alam pegunungan,
hingga alam pantai. Bahkan salah satu pantainya merupakan spot terbaik
untuk menyaksikan matahari bangun dari peraduannya untuk pertama kalinya
di Pulau Jawa. Pokoknya rugi deh kalau ke Banyuwangi hanya untuk
transit atau sekedar melintas saja. Lagi pula dalam waktu dekat Garuda
Indonesia sudah membuka penerbangan loh ke Bandara Blimbingsari. Jadi
jaraknya dengan Surabaya atau Denpasar akan semakin dekat saja. Lalu
tunggu apa lagi? Mari nikmati keindahan pantai-pantai terbaik di
Banyuwangi.
Sunrise Of Java di Pantai Boom
Sunrise merupakan salah satu momen yang
sulit untuk dilewatkan. Terlebih lagi sunrise yang satu ini bukan
sunrise sembarangan. Banyak orang menyebutnya sebagai ‘Sunrise of Java’.
Alasannya tak lain tak bukan karena di tempat ini lah untuk pertama
kalinya sang mentari menampakkan dirinya di Pulau Jawa. Pak Jokowi di
Jakarta saja harus rela menunggu selama 40 menit untuk melihat sinar
mentari pagi setelah masyarakat Banyuwangi.
Letak Pantai Boom yang tak terlalu jauh
dari pusat kota menjadi kentungan tersendiri untuk para pelancong.
Letaknya di bagian timur, hanya sekitar 2 km dari Pelabuhan Ketapang.
Namun kita harus tetap bangun lebih awal karena Banyuwangi itu sudah
hampir masuk Indonesia bagian tengah. Sunrise di sini munculnya
pagi-pagi sekali, mulainya sekitar pukul 04.30 WIB di pagi hari. Kalau
tak mau ketinggalan sebaiknya atur jam weker lebih awal dari biasanya.
Saat berdiri di Pantai Boom kita akan
melihat Selat Bali terbentang di depan. Sementara nun jauh di timur sana
tampak hamparan pegunungan di Pulau Bali. Saat kita berbalik
membelakangi pantai, akan terlihat pula hamparan pasir dengan latar
belakang Pegunungan Ijen yang berdiri gagah menentang angkasa. Bagi
saya, ini sungguh suatu pemandangan yang luar biasa.
Meski hembusan angin laut di Pantai Boom
cukup dingin, suasana pagi di sini tetap ramai. Ada banyak sekali
anak-anak muda yang bergerombol ingin menyaksikan sunrise. Bahkan para
pedagang pun sudah beroperasi pagi-pagi sekali.
Mencari Kedamaian Di Teluk Ijo
Teluk Ijo sangat cocok untuk para
pelancong yang mendambakan suasana damai yang jauh dari keramaian.
Letaknya yang cukup tersembunyi di bagian selatan Banyuwangi
memang membuat lokasi ini masih jarang terjamah. Namun bersiap lah
untuk sebuah perjalanan panjang, tak kurang dari 3 jam akan kita
habiskan untuk mencapai pintu masuk Teluk Ijo yang letaknya sekitar 90
km dari pusat kota Banyuwangi. Selain jauh, medan yang akan ditempuh
juga cukup berat. Bayangkan saja hampir separuh jalan yang akan kita
lalui belum tersentuh aspal. Penuh lubang, lumpur, dengan kelokan tajam
di sana-sini.
Cara terbaik untuk sampai ke Teluk Ijo
sebenarnya adalah menggunakan kendaraan roda empat dobel gardan alias
4WD (four wheel drive). Saya sangat tidak menyarankan untuk datang
dengan sepeda motor biasa, bebek, apalagi matic. Bisa juga menggunakan
kendaraan angkutan umum dengan menambil rute Pasanggaran - Sarongan -
Sukomade.
Teluk Ijo masih merupakan bagian dari
Taman Nasional Meru Betiri. Pengelolaannya pun masih dilakukan oleh
pihak taman nasional. Selain pantai dengan gradasi warna yang sangat
mengagumkan, kita juga dapat melihat berbagai flora dan fauna penghuni
TN Meru Betiri. Salah satunya yang cukup mengejutkan bagi saya adalah
Bunga Raflesia yang hanya mekar di bulan-bulan tertentu.
Pantai Rajeg Wesi merupakan pintu masuk
ke Teluk Ijo. Dari pantai ini kita dapat memilih menggunakan perahu
nelayan atau jalur treking. Kalau mau lebih seru, pilih saja keduanya
seperti yang saya lakukan bersama rombongan komunitas blogger
detik Surabaya yang lebih terkenal dengan sebutan dBlogger Suroboyo.
Berangkatnya saya memilih treking, kemudian pulangnya menggunakan
perahu. Keduanya menjadi pengalaman tersendiri. Di musim hujan seperti
sekarang medan treking yang harus dilalui cukup licin. Jika tak
hati-hati bukan tak mungkin kita terpeleset masuk jurang. Jaraknya
memang hanya sekitar 1 km ke pantai, namun bisa memakan waktu 2 jam
untuk sampai.
Perjalanan naik perahu pun tak kalah
serunya. Ombak pantai selatan yang terkenal garang dengan setia akan
menyertai perahu yang kita tumpangi. Perahu nelayan yang hanya mampu
menampung 5 orang akan terombang-ambing di tengah lautan, membelah
ganasnya ombak, kadang terhempas, kadang terayun, tempias-tempias air
laut akan terasa menerpa wajah kita. Sungguh, perjalanan ke Teluk Ijo
itu sebuah petualangan yang tak terlupakan.
Pantai Rajeg Wesi
Nah pantai yang ini sebenarnya juga tak
kalah eksotis dengan pantai-pantai lainnya. Sayang karena keterbatasan
waktu ditambah cuaca yang tidak mendukung hanya saya nikmati sebagai
tempat transit menuju ke Teluk Ijo. Sebenarnya pantai ini lah yang
pertama kali kita capai sebelum treking ke teluk dengan pantai berwarna
hijau gradasi itu. Di tempat ini pula kita dapat memesan perahu lengkap
dengan paket makan siang di Teluk Ijo. Semua akan diatur oleh pengelola
yang merupakan gabungan penduduk lokal dengan pengurus TN Meru Betiri.
Pantai Pulau Merah
Mereka yang sudah pernah dari Pantai Kuta
di Bali pasti langsung suka dengan Pantai Pulau Merah ini. Garis pantai
dan pasirnya yang putih memang sangat mirip dengan salah satu pantai
yang jadi andalan Pulau Dewata itu. Bahkan beberapa orang menyebutnya
sebagai ‘The Old Kuta’. Tak lain karena pengunjungnya belum seberapa,
suasana sepi itu mungkin mengingatkan mereka pada Pantai Kuta beberapa
puluh tahun lalu.
Di Banyuwangi,
Pantai Pulau Merah mungkin masih kalah tenar dengan Pantai Plengkung
yang menjadi tujuan utama para penggila olahraga selancar. Namun pantai
ini mulai mendapatkan tempat di hati para wisatawan. Selain karena
ombaknya yang lebih ramah untuk para peselancar pemula, Pantai Pulau
Merah juga jauh lebih dekat dari Kota Banyuwangi.
Ciri khas pantai ini yang membedakannya
dengan pantai lain yaitu terdapatnya sebuah pulau berukuran cukup besar
di tepinya. Pulau itu tak lain adalah Pulau Merah, ikon pantai ini.
Menurut penuturan masyarakat lokal, dulu tanah di pulau ini terlihat
merah saat matahari tenggelam. Itu lah sebabnya mengapa dinamakan Pulau
Merah. Namun kini kita tak lagi dapat menyaksikan hal yang sama karena
pulau tersebut sudah ditumbuhi pohon-pohon yang memberikan warna hijau
pada pulau.
Saat air laut sedang surut, kita bisa
berjalan kaki ke Pulau Merah itu. Selain itu, jika tidak sedang musim
ombak di pantai ini juga kita dapat menikmati fasilitas olahraga dan
permainan air seperti banan boat, snorkeling, dll. Penginapan home stay
juga sudah tersedia untuk mereka yang ingin tinggal lebih lama.
Di pantai ini juga sebenarnya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas hendak menemui kami para blogger
yang telah diundang untuk memabantu mempromosikan pariwisata daerah
dengan tag line Sunrise Of Java ini. Tapi namanya orang penting, pasti
selalu ada kesibukan yang tak terduga. Jadi beliau tak sempat mengobrol
dengan blogger-blogger kece ini. Semoga saja lain kali Pak Bupati Azwar
Anas berkenan lagi mengundang kami-kami berkunjung lagi ke Banyuwangi.
Semoga pula pariwisata di Bumi Blambangan semakin maju ke depannya.
(sumber :http://rotyyu.blogdetik.com/2014/01/14/deretan-pantai-terbaik-di-bumi-blambangan-banyuwangi/)
F4ns Bett1ng
BalasHapusB0l4, C4sin0, T4ngka$, s4bun9 4yam dll.. dp50 wd50
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
BalasHapusayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877