Kabupaten Banyuwangi sebagai
sebuah tujuan wisata selama ini lebih banyak dikenal dengan tiga
ikonnya, Pantai Plengkung atau G-Land, Sukomade, dan Kawah Ijen alias
Ijen Crater. Namun sesungguhnya kabupaten paling timur di Propinsi Jawa
Timur yang juga dikenal dengan tag line Sun Rise Of Java ini memiliki
banyak sekali potensi wisata yang sangat beragam. Hal inilah yang ingin
diubah oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas.
Berbagai usaha dilakukan untuk memperkenalkan dunia pariwisata
Banyuwangi ke turis lokal maupun turis mancanegara. Salah satunya adalah
mengundang 15 blogger dari Komunitas dBlogger Surabaya selama dua hari untuk plesiran bersama ke Banyuwangi.
Berangkat
pukul 22.00 WIB dari Stasiun Gubeng, Surabaya menggunakan Kereta Mutiara
Timur Malam, rombongan kami akhirnya tiba di Stasiun Karangasem,
Banyuwangi sekira pukul 04.00 WIB. Inilah untuk pertama kalinya saya
merasakan kemewahan kelas eksekutif di kereta api. Biasanya sih saya
selalu menggunakan kereta ekonomi untuk alasan ekonomi pula :D.
Perjalanan jauh yang harus ditempuh selama 6 jam sama sekali tak
mematahkan semangat kami para kuli keyboard ini. Tak lama kemudian saya
dan peserta lainnya sudah berpindah ke bus-bus bandara yang menunggu di
luar stasiun. Tujuan kami selanjutnya adalah Hotel Mahkota di Jl. Yos
Sudarso, tak jauh dari pusat kota. Hotel ini akan menjadi tempat transit
sebelum kami memulai plesiran di Bumi Gandrung, Banyuwangi.
Sentra UKM Panci dan Margo Utomo Agro Resort
Usai membersihkan diri dan menyantap
sarapan roti yang disediakan pihak hotel, saya segera berlari kembali ke
bus. Tak ada waktu istirahat untuk rombongan saya pagi ini. Perjalanan
harus segera dilanjutkan! Objek wisata Banyuwangi
pertama yang akan kami singgahi adalah Margo Utomo Agro Resort. Namun
sebelum ke sana, ada sentra pembuatan panci di Dusun Tegal Pakis, Desa
Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru. Bunyi denting palu beradu dengan
alumunium terdengar nyaring saat saya menuruni bus. Di lokasi ini
pembuatan berbagai peralatan rumah tangga dilakukan secara tradisional.
Produk-produknya pun cukup beragam mulai dari panci, oven, cetakan kue,
periuk, kuali, hingga cangkir-cangkir untuk menyeduh teh maupun kopi.
Margo Utomo Agro Resort sendiri terletak
di Jl. Lapangan No. 10 Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru. Apabila
datang dengan kereta, cara tercepat untuk menuju resort ini adalah turun
di Stasiun Kalibaru. Dari sana pengunjung cukup berjalan sekitar 10
menit karena letak keduanya memang bersebelahan.
Margo Utomo Agro Resort punya sejarah
yang cukup panjang. Pendirinya, R.H. Moch. Moestadjab, memulai usaha
pengembangan perkebunan di tahun 1975. Saat itu ia memulai mimpinya
untuk membuat sebuah perjalanan kembali ke desa hanya dengan dua kamar.
Tak lama berselang, resort ini segera berkembang hingga menjadi 51
cottage. Bahkan ia kemudian berhasil membuka resort baru dengan total
cottage sebanyak 30 unit pada tahun 1995. Setelah ia meninggal di tahun
2000, pengelolaan dua resort ini dilanjutkan oleh anak-anaknya.
Sebagai sebuah proyek agro wisata,
peternakan dan perkebunan menjadi atraksi utama di Margo Utomo Resort.
Satu hal yang cukup menarik, semua hasil peternakan dan perkebunan
digunakan untuk menyuplai kebutuhan tamu-tamu yang mampir. Penjualan ke
luar baru dilakukan jika terdapat surplus hasil produksi. Awalnya saya
sempat membayangkan peternakan sapi yang ada di resort ini layaknya
peternakan-peternakan besar di Australia atau Amerika lengkap dengan
koboi menunggangi kuda. Namun peternakan di sini jauh lebih kecil. Total
ada sekitar seratus sapi yang dipelihara di sini. Menurut penuturan Pak
Sudi yang menjadi manajer di peternakan Margo Utomo dari jumlah itu,
hanya sekitar 38 ekor saja yang menghasilkan susu secara produktif.
Selain menyediakan susu sapi segar, juga dilakukan pengolahan lebih
lanjut untuk menghasilkan keju.
Hebatnya lagi para pengunjung tak hanya
dapat melihat proses pengolahan susu, ereka bahkan dapat terlibat secara
langsung. Misalnya saja dengan membantu melakukan pemerahan susu.
Walaupun sesungguhnya Margo Utomo sudah menggunakan mesih untuk
melakukan pemerahan, pengunjung yang tertarik akan diberi kesempatan
untuk merasakan langsung sensasi memerah susu menggunakan tangan
sendiri.
Puas melihat peternakan sapi, kami
beralih ke perkebunan yang terletak di belakangnya. Di sini terdapat
berbagai tanaman rempah-rempah yang dulu menjadi rebutan para penjajah
dari tanah Indonesia. Para pengunjung akan diajak untuk melihat secara
langsung perkebunan kopi, vanili, lada, pala, kayu manis, dan kelapa.
Jika sedang beruntung, kita juga dapat menyaksikan para pekerja yang
sedang menyadap air nira yang nantinya digunakan sebagai bahan pembuatan
gula merah.
Desa Adat Using Kemiren dan Sanggar Gejah Arum
Lepas tengah hari, perjalanan plesiran
dilanjutkan menuju Desa Adat Kemiren. Desa ini merupakan satu dari
sedikit desa yang masih mempertahankan budaya dan adat-istiadat Using.
Konon Using merupakan istilah yang digunakan oleh Belanda untuk menyebut
penduduk Bumi Blambangan
yang tidak mau bekerja sama dengan pihak penjajah. Bahkan kala itu
Belanda harus menghadapi perang puputan yang menentang upaya genosida
yang mereka lakukan.
Di Desa Adat Kemiren, upaya-upaya
restorasi budaya Using tampak dalam bentuk rumah adat yang terus
dipertahankan. Usia kayu penyangga dan perabotannya yang sudah berumur
puluhan hingga ratusan tahun memang tak jarang menggoda para kolektor
kaya untuk mencaploknya. Kita juga dapat menyaksikan budaya kopi yang
sangat kental di kalangan masyarakat Using di desa ini. Para pengunjung
bahkan dapat mencoba sendiri pembuatan kopi tradisional mulai dari
proses penggongsengan, menumbuk, lalu mengayak hingga menyeduh.
Para penikmat kopi sejati juga pastinya
tak akan melepaskan kesempatan bertemu salah satu maestro kopi yang ada
di Indonesia. Beliau adalah Iwan Subekti, sang pendiri Sanggar Genjah
Arum. Beliau juga akan dengan senang hati membuatkan seduhan kopi
terbaik untuk para tamu-tamunya. Berbagai wawasan baru tentang kopi saya
dapatkan saat mengobrol dengan beliau. Bahkan mereka yang bukan
penikmat kopi sekali pun mungkin akan berubah pikiran saat bertemu
dengan sang maestro dan mencicipi kopi racikannya. Berani mencoba?
(sumber :http://rotyyu.blogdetik.com/2014/01/11/melongok-potensi-wisata-banyuwangi-bersama-dblogger-suroboyo/)
F4ns Bett1ng
BalasHapusB0l4, C4sin0, T4ngka$, s4bun9 4yam dll.. dp50 wd50
BalasHapusagen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877